Alkohol, Eter, dan Senyawanya
Alkohol
dan eter disebut pasangan isomer fungsi , karena kedua senyawa tersebut
memiliki rumus molekul sama tetapi gugus fungsinya berbeda . Karena gugus
fungsi alkohol dan eter berbeda maka sifat-sifat alkohol dan eter berbeda
sekali . Perbedaan alcohol dengan eter sebagai berikut :
No.
|
Alkohol
|
Eter
|
1.
|
Zat cair jernih
,mudah larut dalam air.
|
Zat cair jernih ,
sukar larut dalam air
|
2.
|
Titik didih
alcohol lebih tinggi
( bila Mr senyawanya sama ). |
Titik didih eter
lebih rendah
( bila Mr senyawanya sama ) |
3.
|
Akohol bereaksi
dengan logam aktif
( Na atau K )
membebaskan gas H2.
|
Eter tidak
bereaksi dengan logam aktif
( Na atau K ).
|
4.
|
Akohol bereaksi
dengan PCl5 membebaskan uap HCl.
|
Eter bereaksi
dengan PCl5 tetapi tidak membebaskan uap HCl.
|
Gugus fungsi adalah bagian yang
paling reaktif dari suatu senyawa, sehingga gugus fungsi dapat menjadi ciri dari
suatu senyawa.
Gugus Fungsi
|
Nama
|
-OH
|
Hidroksi
|
-OR
|
Alkoksi
|
-X
|
Halida
|
-CHO
|
Aldehid
|
-CO-
|
Keton
|
-SO3H
|
Sulfonat
|
-COOH
|
Asam karboksilat
|
-COO-R
|
Ester
|
Alkohol (Alkanol) dan eter (alkoksi
alkana) memiliki rumus molekul yang sama, yaitu CnH2n+2O.
Yang membedakan alkohol dengan eter adalah gugus fungsi yang dimiliki. Gugus
fungsi alkohol adalah hidroksi, -OH. Gugus fungsi eter adalah alkoksi, -OR.
Bila diperhatikan dalam rumus
struktur alkohol dan eter akan ditemukan R, R adalah lambang rantai karbon
(alkil), R dalam alkohol dan eter tidak dapat diganti dengan H.
·
Aldehid
dan Keton
Aldehid
(alkanal) dan keton (alkanon) memiliki rumus molekul yang sama, yaitu CnH2nO.
Yang membedakan aldehid dengan keton adalah gugus fungsi yang dimiliki. Gugus
fungsi aldehid adalah -CHO di ujung. Gugus fungsi keton adalah –CO- di tengah.
Penamaan aldehid
:
-
Menurut IUPAC, aldehid diberi nama
mirip dengan alkana, diberi akhiran –al.
-
Secara trivial, aldehid dinamakan
dengan nama aldehid.
Contoh:
Tabel nama-nama trivial aldehid yang
sering didengar dalam kehidupan sehari-hari :
Senyawa Aldehid
|
Nama
|
CH2O
|
Formaldehida
|
C2H4O
|
Asetaldehida
|
C3H6O
|
Propionaldehida
|
C4H8O
|
Butiraldehida
|
C5H10O
|
Valeraldehida
|
C6H12O
|
Kaproaldehida
|
·
Keton
Penamaan keton
:
-
Menurut IUPAC, keton diberi nama
seperti alkana, diberi akhiran –on.
-
Secara trivial, keton diberi nama
alkil-alkil-keton.
Contoh:
·
Asam
Karboksilat dan Ester
Asam
karboksilat (asam alkanoat) dan ester (alkil alkanoat) memiliki rumus molekul
yang sama, yaitu CnH2nO2. Yang membedakan asam
karboksilat dengan ester adalah gugus fungsi yang dimiliki. Gugus fungsi asam
karboksilat adalah -COOH di ujung. Gugus fungsi ester adalah –COO-R.
Penamaan
asam alkanoat (asam karboksilat) :
-
Menurut IUPAC, penamaan asam
karboksilat, mirip dengan penamaan alkana, diberi awalan kata asam dan akhiran
–oat.
-
Sementara untuk penamaan trivial
tidak pola tertentu.
Contoh:
Penamaan
asam alkanoat (asam karboksilat) :
-
Menurut IUPAC, penamaan asam
karboksilat, mirip dengan penamaan alkana, diberi awalan kata asam dan akhiran
–oat.
Contoh:
Tabel nama-nama trivial asam
karboksilat yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari
Rumus Asam Karboksilat
|
Nama
|
HCOOH
|
Asam format (asam semut)
|
H3CCOOH
|
Asam asetat (asam cuka)
|
H5C2COOH
|
Asam propionat
|
H7C3COOH
|
Asam butirat
|
H9C4COOH
|
Asam valerat
|
H11C5COOH
|
Asam kaproat
|
A.
Alkohol
Dalam
kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa
organik apa pun yang memiliki gugus hidrokskil (-OH) yang terikat
pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom
karbon lain.\
·
Rumus umum struktur ;CnH2n+1 OH
atau R-O
·
Rumus umum
molekul ;CnH2n+2 O
Berdasarkan jumlah gugus hidroksi nya, alkohol dibagi menjadi :
1.
Monoalkohol
Monoalkohol adalah alkohol yang
memiliki satu gugus -OH. Rumus umum monoalkohol sama dengan rumus alkana,
tetapi satu atom H diganti oleh gugus hidroksi (-OH). Alkohol memiliki gugus
-OH, rumus struktur dapat juga ditulis R-OH
(R menyatakan gugus alkil). Alkohol merupakan turunanalkana sehingga
disebut juga alkanol. Oleh karena, itu penamaannya disesuaikan dengan
alkananya, tetapi huruf akhir a
pada alkana diganti dengan ol.
2.
Polialkohol
Yaitu
jika senyawa alokohol tersebut terdapat gugus ─ OH jumlahnya lebih dari satu.
Contoh:
Contoh:
§
Glikol
CH2─ OH. Glikol merupakan cairan digunakan untuk anti beku pada air radiator
mobil.
§
Gliserol.
Gliserol banyak manfaatnya dalam hidup kita sehari-hari misalnya digunakan
untuk bahan pembuatan pasta gigi sehingga berasa manis, untuk sintesis lemak
atau minyak dan untuk bahan peledak ( TNG = Trinitrogliserol ) dan lain-lain .
Jenis-jenis alcohol
Berdasarkan jenis atom C yang
mengikat gugus -OH, alkohol dibedakan atas :
1. Alkohol
primer
§
Alkohol primer adalah alkohol yang
gugus –OH nya terikat pada atom C yang mengikat satu atom C yang lain.
§
Alkohol primer dapat teroksidasi
menjadi aldehid, dan pada oksidasi tahap berikutnya aldehid akan menghasilkan
asam alkanoat.
§
Ciri-ciri alkohol primer adalah
-
Namanya berakhiran 1-ol.
-
Gugus –OH selalu terikat pada CH2.
Contoh : CH3-CH2-CH2-OH
2. Alkohol
Sekunder
§
Alkohol sekunder adalah alkohol yang
gugus –OH nya terikat pada atom C yang mengikat dua atom C yang lain.
§
Alkohol sekunder dapat teroksidasi
menjadi alkanon.
Ciri-ciri alkohol sekunder adalah :
-
Namanya tidak berakhiran 1-ol.
-
Namanya tidak mengandung n-il-n-ol
(nomor –il dan nomor –ol yang sama). Gugus –OH selalu terikat pada CH.
Contoh : CH3-CH-CH2-CH2-CH3
OH
(2-pentanol)
3. Alkohol
tersier
§
Alkohol tersier tidak dapat
dioksidasi.
§
Namanya mengandung n-il-n-ol (nomor
–il dan nomor –ol yang sama).
§
Gugus –OH selalu terikat pada C.
Sifat alkohol
1.
Sifat
fisik
Alkohol rantai pendek bersifat
polar sehingga dengan baik larut dalam air serta memiliki titik didih
lebih tinggi dibandingkan dengan alkena. Dalam hal kepolaran dan titik didih,
alkohol rantai pendek memilki kemiripan sifat dengan air. Hal tersebut
disebabkan karena air dan alkohol keduanya memilki gugus -OH. Gugus -OH ini
bersifat polar sehingga menyebabkan air dan alkohol bersifat polar pula. Adapun
titik didih yang tinggi disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antara molekul
air, antar molekul alkohol atau antar molekul air dan alkohol. Ikatan hidrogen
ini juga menyebabkan alkohol larut dalam air.
2.
Sifat
kimia
Alkohol bersifat mudah terbakar
selain itu gugus OH merupakan gugus yang cukup reaktif sehingga alkohol mudah
terlibat dalam berbagai jenis reaksi. Adapun reaksi-reaksi yang umum terjadi
pada alkohol adalah sebagai berikut :
§
Reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi
pada alkohol juga dapat berlangsung melalui reaksi antara alkohol dan oksigen. Misalnya
reaksi pembakaran pada spirtus.
§
Reaksi dengan asam karboksilat. Ester
dibuat melalui reaksi antara alkohol dan asam karboksilat yang disebut reaksi
esterfikasi.
Tata Nama Alkohol
1.
Tata nama
alkohol berdasarkan IUPAC
a.
Terlebih dahulu menentukan rantai
karbon terpanjangyang mengandung gugus -OH. Selanjutnya, rantai karbon
terpanjang tersebut di beri nama rantai alkananya, tetapi akhir huruf a
digantikan dengan ol. Ex; butanol, pentanol, heksanol dan sebagainya.
b.
Penomoran dimulai dari atom C ujung
yang terdekat dengan gugus -OH.
c.
Senyawa alkohol yang memilki gugus
alkil dan rantai terpanjangnya ekuivalen darikedua ujungnya terhaap gugus -OH,
gugus alkil tersebut harus memperolehnomor yang lebih kecil. Jika pada suatu
rantai alkohol terdapat lebih dari satu gugus alkil yang berbeda dan gugus -OH
terikat pada atom C dengan posisi yang ekuivalen dari kedua ujung rantai
terpanjang, penomoran dilakukan dengan menempatkan gugus alkil yang lebih besar
pada atom C dengan nomor yang lebih kecil.
d.
Urutan penulisan cabang alkil
dilakukan sesuai dengan urutan abjad.
2.
Tata nama
monoalkohol berdasarkan cara trivial.
Pada
tata nama alkohol cara trivial ini, urutan penulisan cabang alkil dilakukan
sesuai dengan urutan panjang rantai alkil (metil, etil, propil, dan seterusnya
).
Keisomeran Pada Alkohol
1.
Keisomeran Struktur
Senyawa-senyawa yang memiliki rumus
molekul dan gugus fungsi yang sama, tetapi posisi gugus fungsinya berbeda. Ex
i-propanol berisomer struktur dengan senyawa 2-propanol. Cara menentukan jumlah
isomer pada suatu senyawa alkohol pertama-tama tentukan rangka atom karbonnya,
kemudian aturlah posisi gugus fungsi -OH.
2.
Keisomeran Optik
Yaitu tipe isomer suatu senyawa yang
memiliki rumus molekul, gugus fungsi, dan posisi gugus fungsi sama, tetapi
letak atom atom atau gugus fungsinya berbeda. Jika atom C yang berikatan dengan
gugus -OH pada senyawa alkohol mengikat tiga atom atau tiga gugus atom yang
berbeda,senyawa tersebut memiliki keisomeran optik. Atom C yang mengikat
empat atom atau gugus atom yang berbeda disebut C Asimetris (C kiral).Terdapat 2 jenis alkohol yang memiliki isomer
optik, yaitu :
a)
Alkohol sekunder yang memilki 2
alkil yang berbeda yang terikat pada C – OH.
b)
Alkohol tersier yang memiliki 3
alkil berbeda yang terikat pada C – OH,
Kegunaan dan Dampak Penggunaan
Alkohol
1.
Monoalkohol
a.
Methanol
-
Sebagai pengawet mayat atau spesimen
biologi.
-
Bahan baku untuk mensintesis senyawa
lain seperti metil butirat.
-
Dapat menghasilkan bahan bakar yang
memiliki nilai oktan yang tinggi.
-
Bersifat toksik (beracun)dalam
jumlah sidikit (15ml) dapat menyebabkan kebutaan dan dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan kematian
b.
Etanol
-
Zat
anti septik,pembersih luka, serta pensteril alat-alat kedokteran dan industry.
-
Pelarut dalam industri parfurm,obat
obatan, zat warna, dan kosmetik.
-
Bahan bakar yang disebut gosohol,
digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
c.
Spirtus
-
Bahan bakar lampu petromak dan
bunsen. Dan lampu spirtus ini biasanya digunakan untuk proses sterilisasi di
labolatorium mikrobiologi.
2. Polialkohol
a.
Gliserol
-
Bahan
cairan pembersih telinga dan pelarut obat obatan, ex sirup obat batuk.
-
Bahan kosmetik (pelembab kulit).
-
Bahan baku serat plastic.
-
Bahan untuk membuat peledak,yaitu
nitrogliserin.
b.
Glikol
-
Pelarut
dan bahan baku untuk membuat serat sintesis seperti dacron.
Reaksi Alkohol
1.
Reaksi
identifikasi alkohol menggunakan logam natrium
Reaksi ini digunakan untuk
membedakan alkohol dengan eter karena eter tidak dapat bereaksi denganlogam
natrium.alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan gas hidrogen sesuai
dengan persamaan reaksi berikut;
2R- OH +2Na => 2R – Ona + H2 (g)
2CH3- CH2-OH+2Na => 2CH3
– CH2 – Ona + H2 (g)
Etanol
Natrium Etoksida
Reaksi ini merupakan reaksi yang digunakan untuk membedakan
alkohol dengan eter karena eter tidak dapat bereaksi dengan logam natrium.
2.
Reaksi
identifikasi alkohol menggunakan fosfor trihalida
Jika alkohol direaksikan
dengan fosfor trihalida akanmenghasilkan alkil halida.
3R -OH + PX3 => 3R – X + H3PO3
3.
Reaksi
oksidasi (untuk membedakan jenis alkohol)
Oksidasi alkohol Primer
menghasilkan senyawa aldehid. Jika aldehid dioksidasi lebih lanjut akan menghasilkan
asam karboksilat sedangkan oksidasi alkohol sekunder menghasilkan keton,
melalui mekanisme reaksi berikut.
4.
Uji lucas
Pereaksi
lucas terdiri atas ZnCl2 dalam Hcl pekat.uji lucas ini
berdasarkan reaksi antara alkohol dan HCl dengan katalis ZnCl2. Alkohol tersier
bereaksi cepat dengan gejala reaksi berupa terbentuknya kabut di permukaan
larutan. Alkohol sekunder bereaksi dalam waktu ssekitar 5 menit, sedangkan alkohol
primer tidak menunjukkan terjadinya suatu reaksi.
Senyawa – Senyawa Alkohol
1.
Metanol
Alkohol jenis ini mempunyai struktur
paling sederhana, tetapi paling toksik pada manusia dibanding dengan jenis
alkohol lainnya. Metanol secara luas digunakan pada industri (metanol diubah menjadi formaldehid atau
digunakan untuk mensintesa bahan kimia lain), rumah tangga, pelarut cat,
anti beku dan sebagai bahan bakar.
Tidak
seperti alkohol pada minuman, metanol tetap beracun meskipun dalam jumlah
kecil. Gejala keracunan metanol adalah kebutaan karena metanol menyerang syaraf
penglihatan juga dapat berakibat kematian.
2.
Etanol
. Ethanol dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dengan kandungan
hidrokarbon tinggi ethanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja),
adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena
sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak
dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak
berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum bila
dalam minuman beralkohol atau arak, selain digunakan di dalam arak, etanol juga
digunakan sebagai bahan api bagi menggantikan gasolin , Etanol sering ditulis
dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH
atau rumus empiris C2H6O.
3.
Spiritus
Spiritus
merupakan salah satu jenis alkohol yang banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bahan bakar lampu spiritus (pembakar spiritus) dan untuk
menyalakan lampu petromak. Di laboratorium pembakar spiritus digunakan untuk uji
nyala. Pembakar spiritus juga digunakan untuk proses sterilisasi di
laboratorium mikrobiologi. Spiritus bersifat racun, karena adanya kandungan
metanol didalamnya. Bahan utama spiritus adalah etanol dan bahan tambahan
terdiri dari metanol, benzena dan piridin.
4.
Glikol
Alkohol
dihidrat sering disebut glikol. Yang paling penting dari jenis ini adalah
etilen glikol. Nama IUPAC dari etilen glikol adalah 1,2-etanadiol. Senyawa ini
merupakan bahan utama pada campuran antibeku permanen untuk radiator kendaraan
bermotor. Etilen glikol adalah cairan yang manis, tak berwarna dan agak
lengket. Karena keberadaan dua gugus hidroksil, maka ikatan intermolekul
hidrogen menjadi lebih besar. Oleh sebab itu etilen glikol mempunyai titik
didih yang tinggi (1980C) dan tidak menguap jika dipakai sebagai
anti beku. Etilen gikol juga mudah bercampur dengan air. Suatu larutan 60%
etilen glikol dalam air tidak membeku sampai suhunya turun hingga -490C.
5.
Gliserol
Gliserol
juga disebut gliserin, merupakan salah satu senyawa alkohol trihidrat. Gliserol
berbentuk cairan manis seperti sirup. karena tidak beracun, gliserol merupakan
hasil dari hidrolisa lemak dan minyak.
B.
Eter
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3).
Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini
merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
a.
Struktur dan Ikatan
Eter
memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O sekitar 140
pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen
lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi
alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa
hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa
hidrogen keton.
b.
Struktur serupa
Eter tidak
boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai stuktur
serupa - R-O-R.
·
Senyawa
dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat dengan
oksigen, nitrogen, atau sulfur:
·
Rumus umum struktur ; R – O -R'
·
Rumus
umum molekul ; CnH2n+2
R –
H R – OR'
alkana
eter
Penamaan
Ester
1.
Menurut IUPAC, penamaan ester
menggunakan nama alkil alkanoat.
Pada ester, gugus alkil yang menempel pada C, bisa digantikan atom hidrogen, seperti terlihat pada gambar ini:
2.
Secara trivial, ester diberi nama
dengan alkil alkil ester
Sifat-Sifat Eter
1.
Sifat
Fisik
·
Eter adalah cairan tidak berwarna
yang mudah menguap dengan bau yang khas.
·
Eter tidak larut air, akan tetapi
larut dalam pelarut nonpolar.
·
Eter mudah terbakar dengan nyala
bening yang jernih karena uap eter membentuk campuran yang eksplosif dengan
udara.
·
Eter dapat melarutkan lemak, minyak,
resin, alkaloid, brom, dan iod.
2. Sifat Kimia
·
Oksidasi suatu eter dengan campuran
kalium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan aldehida.
·
Eter dapat bereaksi dengan asam
sulfat menghasilkan suatu alcohol dan asam alkana sulfonat.
·
Eter dapat bereaksi dengan asam
iodida menghasilkan campuran alkohol dengan alkil halide.
·
Hidrolisis dengan asam sulfat suatu
eter akan menghasilkan alkohol.
3.
Eter dapat mengalami reaksi
substitusi oleh halogen. Substitusi terjadi pada atom Hα.
4.
Eter siklik
seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom oksigennya lebih
terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya.
Beberapa alkil eter
|
|||||
Eter
|
Struktur
|
Titik
lebur (°C)
|
Titidk
didih (°C)
|
Kelarutan
dalam 1 L H2O
|
|
CH3-O-CH3
|
-138,5
|
-23,0
|
70 g
|
1,30
|
|
CH3CH2-O-CH2CH3
|
-116,3
|
34,4
|
69 g
|
1,14
|
|
O(CH2)4
|
-108,4
|
66,0
|
Larut pada semua perbandingan
|
1,74
|
|
O(C2H4)2O
|
11,8
|
101,3
|
Larut pada semua perbandingan
|
0,45
|
Keisomeran Pada Eter
1.
Isomer Struktur. Isomer struktur
ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun rumus strukturnya berbeda.
Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan metil propil eter dan
metil isopropil eter.
2.
Isomer Fungsional. Alkohol dan eter
keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi, keduanya memiliki jenis
gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang memiliki rumus umum molekul
sama namun gugus fungsionalnya berbeda disebut memiliki keisomeran fungsional.
Eter berisomer fungsional dengan alkohol.
Pembuatan Eter
1.
Mereaksikan alkil halida dengan
alkoksida. Eter dapat dibuat dengan mereaksikan antara alkil halida dengan natrium
alkoksida. Hasil samping diperoleh garam natrium halida.
R-ONa +
R'-X → R-O-R' + Na
2.
Mereaksikan alkil halida dengan
perak(I) oksida. Alkil halida bereaksi dengan perak(I) oksida menghasilkan
eter. Hasil samping diperoleh garam perak halida.
3.
Dehidrasi alkohol primer
2 R-OH → R-O-R + H2O
4.
Eter dapat dibuat dengan dehidrasi
alkohol primer dengan asam sulfat dan katalis alumina.
Reaksi Eter
1. Pembelahan eter
Walaupun
eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi
asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan
menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br
+ ROH
Beberapa
jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron
tribomida (dalam
beberapa kasus aluminium
klorida juga dapat
digunakan) dan menghasilkan alkil bromida. Berganting pada substituennya,
beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa
kuat.
2.
Pembentukan peroksida
Eter
primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat membentuk peroksida, misalnya dietil eter
peroksida. Reaksi ini
memerlukan oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam,
dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh
karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
3.
Sebagai basa Lewis
Eter
dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat memprotonasi
oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat
membentuk kompleks dengan boron
trifluorida, yaitu
dietil eterat (BF3.OEt2). Eter juga
berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen
Grignard. Polieter
(misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.
4.
Sintesis
Eter dapat disintesis melalui
beberapa cara :
2 R-OH → R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar
125 °C). Reaksi ini dikatalisis oleh asam, biasanya asam sulfat. Metode ini
efektif untukn menghasilkan eter simetris, namun tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan eter tak simetris. Dietil eter dihasilkan dari etanol menggunakan
metode ini. Eter siklik dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.
-
Sintesis eter Williamson. Eter dapat
pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida
:
R-ONa + R'-X → R-O-R' + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi
pada senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupun sulfonat. Metode ini
biasanya tidak bekerja dengan baik dengan aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi
untuk halida primer. Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi
eliminasi E2 seketika berpaparan dengan anion alkoksida yang sangat basa.
-
Dalam reaksi
lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan
alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh
karena fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida, membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian
mensubstitusi gugus -X pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril
yang melekat padanya melalui mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- → C6H5-O-
+ H2O
C6H5-O- + R-X → C6H5OR
5.
Kondensasi Ullmann
Kondensasi
Ullmann mirip
dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril halida. Reaksi ini
umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga. Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat
berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2)
digunakan sebagai katalis.
6.
Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang
paling penting dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui
oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua
cara:
·
Melalui
oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-kloroperoksibenzoat (m-CPBA). Melalui substitusi nukleofilik
intramolekuler halohidrin. Eter merupakan suatu senyawa organik
yang tidak terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi
khusus. Reaksi terhadap eter adalah :
-
Reaksi oksidasi eter. Dengan
campuran (K2Cr2O7 + H2SO4),
eter mengalami oksidasi dengan hasil seperti pada oksidasi alkohol asalnya.
Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari etanol) bila direaksikan dengan
(K2Cr2O7 + H2SO4)
menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5
→ 2 CH3CHO
-
Reaksi Eter dengan Asam
Dengan
HI Dingin : Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida.
Contoh:
C2H5-O-C2H5
+ HI → C2H5OH + C2H5I
Dengan
H2SO4 Dingin. Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat
larut. Pemanasan larutan eter dalam asam sulfat pekat mengakibatkan
terbentuknya alkohol dan alkil hidrogensulfat. Contoh:
C2H5-O-C2H5
+ H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4
·
Reaksi Hidrolisis Eter. Bila eter
dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4)
terjadilah hidrolisis yang memberikan hasil alkohol.
Contoh:
C2H5-O-C2H5
+ H2O → 2 C2H5OH
·
Reaksi Eter dengan Halogen. Halogen (klor atau brom) dapat mensubstitusi
atom H yang terikat pada atom C alfa (atom C yang berikatan dengan atom O)
dalam suatu eter.
C2H5-O-C2H5
+ Cl2 → CH3CHCl-O-C2H5 + HCl
Eter siklik yang paling sederhana.
|
||
Merupakan propelan pada aerosol.
Merupakan bahan bakar alternatif yang potensial untuk mesin diesel karena mempunyai bilangan cetan sebesar 56-57.
|
||
Merupakan pelarut umum pada suhu
rendah (b.p. 34.6°C), dan dulunya merupakan zat anestetik. Digunakan sebagai cairan starter kontak pada mesin
diesel.
|
||
Dimetoksimetana (DME)
|
Pelarut pada suhu tinggi
(b.p. 85°C):
|
|
Merupakan eter siklik dan pelarut
pada suhu tinggi (b.p. 101.1°C).
|
||
Tetrahidrofuran (THF)
|
Eter siklik, salah satu eter yang
bersifat paling polar yang digunakan sebagai pelarut.
|
|
Anisol (metoksibenzena)
|
||
Polietilen glikol (PEG)
|
Kegunaan Dan Dampak Eter
Senyawa dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau obat bius) yang diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil eter dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan merangsang sekresi lendir. Selain itu eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat menyebabkan mual dan muntah selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini, eter sudah jarang dipakai di negara-negara maju.
Permasalahannya :
1.
Mengapa alkohol dapat
bereaksi dengan logam natrium sedangkan eter tidak dapat bereaksi dengan
logam natrium ?
2.
Bagaimana mekanisme pembentukan eter?
3.
Mengapa alkohol itu sukar disubtitusi dengan gugus fungsi lain?
Jelaskan bagaimana upaya agar alkohol dapat disubtitusi dengan reagen lainnya
Jelaskan bagaimana upaya agar alkohol dapat disubtitusi dengan reagen lainnya
4.
Mengapa Metil ters-butil
eter (MTBE) dapat digunakan untuk meningkatkan angka oktan ?
Baiklah Novi saya akan mencoba menjawab permasalahan Anda yang nomor 2
BalasHapusPembuatan Eter
Senyawa eter merupakan salah satu senyawa organik yang mempunyai banyak peranan penting dalam kehidupan manusia. Satu dari beberapa manfaat eter adalah sebagai anestesi (obat bius). Maka dari itu, eter banyak dihasilkan untuk tujuan komersial. Di bawah ini ada beberapa reaksi pembuatan eter.
Sintesis Eter Williamson
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkohol primer dengan suatu basa seperti NaOH. Contoh:
C2H5Br + Na-OC2H5 → NaBr + C2H5-O-C2H5
Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida
Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter dan garam perak halida. Contoh:
2 C2H5I + Ag2O → C2H5-O-C2H5 + 2 AgI
Dehidrasi Alkohol
Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain dilewatkan di atas suatu alumina pada suhu 250-260° C maka akan terjadi dehidrasi pada alkohol tersebut dan menghasilkan eter.
2 C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2O
Di laboratorium dan industri, yang lazim digunakan sebagai penarik air adalah H2SO4. Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:
(1) C2H5OH + H2SO4 → C2H5OSO3H + H2O
(2) C2H5OSO3H + C2H5OH → C2H5-O-C2H5 + H2SO4
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali dengan etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara pembuatan eter seperti ini dinamakan “proses eterifikasi kontinyu”. Secara teoritik, dapat diduga bahwa dengan sekali penambahan asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter dengan jumlah alkohol yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu, asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi menjadi asam sulfit.
Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif rendah karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H) dapat terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang diperlukan adalah 120-140° C, dengan katalis Al2(SO4)3. Bila reaksi berlangsung pada suhu ≥145° C, memberikan hasil etilena.
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam sulfat ini hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah dengan rantai linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata lebih banyak menghasilkan etena
Baiklah akan mencoba menjawab permasalahan anda
BalasHapusYang nomor 1, 2 dan 3
menurut pendapat saya, eter tidak bereaksi dengan logam natrium dikarenakan logam natrium merupakan logam aktif, selain itu juga disebabkan oleh gugus fungsi eter yang kurang reaktif
2. Terdapat 2 metode umum yang dapat digunakan untuk memproduksi dimetil eter, yaitu :
1) Metode Sintesis langsung
Reaksi yang terjadi adalah :
2CO(g) + 4H2(g) ------> (CH3)2O(g) + H2O(l)
Reaksi tersebut berlangsung pada suhu operasi 2500C – 3670C. Mekanisme reaksi pembentukan DME melalui pembentukan metanol dan proses dehidrasi. Kelemahan dari proses ini adalah prosesnya lebih panjang sehingga menjadi lebih mahal karena harus ada unit-unit proses lain untuk menyediakan bahan baku gas sintesis CO dan H. HO yang terbentuk akan bereaksi dengan bahan baku CO membentuk CO2, reaksi samping ini menimbulkan limbah yang memerlukan penanganan khusus.
( www.aboutdme.org )
2) Metode Dehidrasi Metanol
Reaksi yang terjadi adalah :
2CH3 OH(g) ---------> (CH3)2O(g) + H2O(l)
Dengan kondisi operasi :
Suhu : 250°C – 370°C
Tekanan : 12 atm
Katalis : Al2O3.SiO2
Fase : Gas
3. Dari referensi yang saya baca, Alkohol adalah senyawa organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil (-OH), dan ikatan dari hidrogen ini memiliki kelektronegatifan yang tinggi. Hal inilah yang membuat alkohol sukar disubstitusi.
1.b. Alkohol merupakan senyawa yang sukar disubstitusi dengan gugus fungsi atau senyawa lain, tetapi ada beberapa upaya agar alkohol dapat disubstitusikan dengan reagen yang lain, yaitu sebagai berikut:
Reaksi dengan logam aktif
Atom H dari gugus –OH dapat disubstitusi oleh logam aktif seperti natrium dan kalium, membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Reaksi ini mirip dengan reaksi natrium dengan air, tetapi reaksi dengan air berlangsung lebih cepat. Reaksi ini menunjukkan bahwa alkohol bersifat sebagai asam lemah (lebih lemah daripada air).
Substitusi Gugus –OH oleh Halogen
Gugus –OH alkohol dapat disubstitusi oleh atom halogen bila direaksikan dengan HX pekat, PX3 atau PX5 (X= halogen).
Selamat pagi novi, saya akan mencoba menjawab permasalahan anda nomor 4.
BalasHapusMetil ters-butil eter (MTBE) dapat digunakan untuk menaikan angka oktan besin .angka oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Nilai oktan berfungsi mengurangi knocking atau ketukan dalam mesin. MTBE murni berbilangan setara oktan 118. Selain dapat meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga dapat menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO. MTBE yang beroktan 118 yang berfungsi untuk mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO , karena MTBE itu menambahkan dapt juga menambahkan jumlah oksigen pada campuran gas didalam mesin. senyawa organik MTBE yang mengandung oksigen ini setelah dicampur dengan bensindapat menambah angka oktan naik. karena MTBE bersifat Oksigenat yang berfungsi menaikkan angka oktan.
natrium merupakan logam yang mudah membentuk ion Na+,
BalasHapusalkohol dapat bereaksi dengan logam natrium karena alkohol sedikit asam dibandingkan air,namun kesetimbangannya dapat bergeser pada penambahan natrium dimana natrium mengusir ion H+, substitusi Na menyebabkan ion H+ lepas dan membentuk gas hidrogen.
sedangkan pada eter tidak bereaksi karena gugus fungsi eter kurang reaktif pada air, sehingga eter sukar bereaksi.
Eter dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan suatu alkoksida. Alkoksida dapat dibuat dengan mereaksikan suatu alkohol primer dengan suatu basa seperti NaOH. Contoh:
BalasHapusC H Br + Na-OC H → NaBr + C H -O-C H
Mereaksikan Alkil Halida dengan Perak Iodida
Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter dan garam perak halida. Contoh:
2 C H I + Ag O → C H -O-C H + 2 AgI
Dehidrasi Alkohol
Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain dilewatkan di atas suatu alumina pada suhu 250-260° C maka akan terjadi dehidrasi pada alkohol tersebut dan menghasilkan eter.
2 C H OH → C H -O-C H + H O
Di laboratorium dan industri, yang lazim digunakan sebagai penarik air adalah H SO . Dalam cara ini, rangkaian reaksinya adalah sebagai berikut:
(1) C H OH + H SO → C H OSO H + H O
(2) C H OSO H + C H OH → C H -O-C H + H SO
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali dengan etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara pembuatan eter seperti ini dinamakan “proses eterifikasi kontinyu”. Secara teoritik, dapat diduga bahwa dengan sekali penambahan asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter dengan jumlah alkohol yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka waktu tertentu, asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi menjadi asam sulfit.
Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang relatif rendah karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C H OSO H) dapat terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang diperlukan adalah 120-140° C, dengan katalis Al (SO ) . Bila reaksi berlangsung pada suhu ≥145° C, memberikan hasil etilena.
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam sulfat ini hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah dengan rantai linier. Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata lebih banyak menghasilkan etena.