TUGAS
TERSTRUKTUR III & IV
KIMIA
ORGANIK I
1.
Mengapa
reaksi bersaing antara substitusi dan eliminasi bisa terjadi ? Jelaskan !
Jawab :
Alkil halida
paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Mereka dengan mudah
diubah ke dalam berbagai jenis senyawa lain, dan dapat diperoleh melalui banyak
cara. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat dikelompokkan dalam dua kelompok,
yaitu reaksi substitusi dan reaksi eliminasi. Dalam reaksi substitusi, halogen
(X) diganti dengan beberapa gugus lain (Z).
Reaksi
eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu alkena. Banyak
sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada pereaksi yang digunakan.
Kepolaran suatu pelarut itu disebabkan oleh atom C primer, sekunder dan tersier
(1ᵒ, 2ᵒ, 3ᵒ). Kepolarannya semakin kekanan semakin polar. Hal ini berarti atom
C primer merupakan nonpolar sedangkan atom C tersier merupakan polar. Makin
kompleks suatu senyawa maka akan semakin tidak polar. Keceapatan reaksi antara
SN1 dan SN2 akan dijelaskan berdasarkan gambar dibawah ini:
Pada gambar
ditunjukkan bahwa reaksi SN2 memiliki ∆G yang lebih rendah dari pada reaksi
SN1. Hal ini menyebabkan reaksi SN2 lebih cepat dari pada reaksi SN1. Reaksi
SN2 lebih cepat daripada reaksi SN1 dikarenakan dua reaktan dan substrat saling
bertumbukan yang menyebabkan energi aktivasi pada reaksi SN1 yang tinggi dan
halangan steriknya rendah. Persamaan laju reaksinya sebagai berikut :
R= k [R][s]
Pada reaksi SN1 berjalan lambat karena tumbukan yang terjadi tidak
sempurna dan mempunyai halangan sterik yang besar serta nukleofil baru mulai
mengikat reaktan. Persamaan laju reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
R = k [s]
Adisi dan eliminasi
Adisi dan
pasangannya eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah
substituen dalam atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Ikatan
ganda dan tiga dapat dihasilkan dengan mengeliminasi gugus lepas
yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik, ada beberapa mekanisme reaksi yang
mungkin terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu melepas dan
membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi melalui
eliminasi proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb, urutan pelepasan
terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini keterlibatan
suatu basa harus ada. Reaksi dalam eliminasi E1 maupun E1cb selalu bersaing
dengan substitusi SN1 karena memiliki kondisi reaksi kondisi yang
sama.
Adisi dan eliminasi
Adisi dan
pasangannya eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah
substituen dalam atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Ikatan
ganda dan tiga dapat dihasilkan dengan mengeliminasi gugus lepas
yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik, ada beberapa mekanisme reaksi yang
mungkin terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu melepas dan
membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi melalui
eliminasi proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb, urutan pelepasan
terbalik: proton dieliminasi terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini keterlibatan
suatu basa harus ada. Reaksi dalam eliminasi E1 maupun E1cb selalu bersaing
dengan substitusi SN1 karena memiliki kondisi reaksi kondisi yang
sama.
Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga
memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus lepas
berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik. Berbeda
dengan eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan
dalam reaksi yang memiliki mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan
eleminasi proton yang berada pada posisi-anti terhadap gugus lepas. Oleh karena
kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu bersaing dengan
substitusi SN2.
Kebalikan dari
reaksi eliminasi adalah reaksi adisi. Pada reaksi adisi, ikatan rangkap dua
atau rangkap tiga diubah menjadi ikatan rangkap tunggal. Mirip dengan reaksi
substitusi, ada beberapa tipe dari adisi yang dibedakan dari partikel yang
mengadisi. Contohnya, pada adisi elektrofilik hidrogen bromida,
sebuah elektrofil (proton) akan mengganti ikatan rangkap ganda dan
membentuk karbokation, lalu kemudian bereaksi dengan nukleofil (bromin).
Karbokation dapat terbentuk di salah satu ikatan rangkap tergantung dari gugus
yang melekat di akhir. Konfigurasi yang lebih tepat dapat diprediksikan denganaturan
Markovnikov. Aturan Markovnikov mengatakan: "Pada adisi heterolitik dari
sebuuah molekul polar pada alkena atau alkuna, atom yang mempunyai
keelektronegatifan yang besar, maka akan terikat pada atom karbon yang mengikat
atom hidrogen yang lebih sedikit."
a. Reaksi Adisi
Adisi artinya penambahan atau penangkapan. Dalam reaksi adisi, suatu zat
ditambahkan ke dalam senyawa C yang mempunyai ikatan rangkap, sehingga ikatan
rangkap itu berubah menjadi ikatan tunggal. Reaksi adisi dibedakan atas (a)
reaksi adisi elektrofilik dan (b) reaksi adisi nukleofilik.
Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak
jenuh. Molekul tak jenuh dapat menerima tambahan atom atau gugus dari suatu
pereaksi. Dua contoh pereaksi yang mengadisi pada ikatan rangkap adalah brom
dan hidrogen. Adisi brom biasanya merupakan reaksi cepat, dan sering dipakai
sebagai uji kualitatif untuk mengidentifikasi ikatan rangkap dua atau rangkap
tiga. Reaksi adisi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Contoh :
Reaksi Adisi Elektrofilik
Reaksi
adisi elektrofilik terjadi apabila gugus yang pertama menyerang suatu ikatan
rangkap pereaksi elektrofil. Reaksi adisi elektrofilik ditemukan pada senyawa C
yang mengandung ikatan rangkap antara dua atom C seperti alkena dan alkuna.
Contoh reaksi adisi elektrofilik adalah reaksi antara etena dengan asam klorida
menghasilkan etil-klorida.
Reaksi Adisi Nukleofilik
Reaksi
adisi nukleofilik terjadi apabila gugus yang pertama kali menyerang suatu
ikatan rangkap merupakan pereaksi nukleofil. Reaksi adisi nukleofilik ditemukan
pada senyawa C yang mengandung ikatan rangkap antara dua atom C dengan atom
lain, seperti senyawa yang mengandung gugus karbonil dan senyawa yang mempunyai
gugus sianida. Contoh reaksi adisi nukleofilik adalar reaksi antara
dimetil-keton dengan asam sianida menghasilkan 2-siano-2-propanol.
b. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi
adisi. Dalam reaksi ini terjadi penghilangan 2 atom atau gugus untuk membentuk
ikatan rangkap atau struktur siklis. Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut
kehilangan atom bukan karbon. Reaksi eliminasi secara umum :
Contoh nya yaitu dehidrogenisasi
alkana
Ditinjau reaksi antara alkil halida
dengan kalium hidroksida yang dilarutkan
dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion
hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat
dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang
polar jika dibandingkan
dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan
proses-proses SN2 dan E2 jika
dibandingkan dengan SN1 dan E1.
Misalnya,
gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana.
Kedua proses dapat terjadi.
Hasilnya adalah campuran 1-butanol
dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang lebih
polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang. Reaksi E2,
cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi basa
yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita mengganti alkil
halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan
reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1o >2o >> 3o). Tetapi, reaksi
eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih
tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang
terjadi.
Mengubah butil bromida tersier
menjadi alkoholnya tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air
merupakan basa yang lebih lemah daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2
ditekan. Air juga merupakan pelarut polar, yang menguntungkan mekanisme
ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak dapat dihindari sebab persaingan antara E1
dan SN1 cukup berat. Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi eliminasi
masih terjadi (20%).
Jadi, halida tersier bereaksi dengan basa kuat
dalam pelarut nonpolar memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa
lemah dan nukleofil lemah, dan dalam pelarut polar, halida tersier memberikan
hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit eliminasi (E1) juga terjadi. Halida
primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme SN2 dan E2, karena mereka
tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder menempati kedudukan
pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi oleh keadaan reaksi.
Contoh-contoh reaksi
substitusi nukleofilik dan eliminasi :
Nukleofil dapat digolongkan menurut
jenis atom yang membentuk ikatan kovalen. Nukleofil yang umum adalah nukleofil oksigen,
nitrogen, belerang, halogen, atau karbon. Berikut ini kita akan melihat beberapa contoh reaksi
yang melibatkan reaksi nukleofil-nukleofil tersebut dengan alkil halida.
Menurut aturan Zeitsev
Eliminasi adalah jalur alternatif ke
substitusi
- Berlawanan dengan reaksi adisi
- Menghasilkan alkena
- Dapat berkompetisi dengan substitusi dan
menurunkan jumlah produk, khususnya
untuk SN1
Gambar
Aturan Zaitsev untuk reaksi
Eliminasi
Pada eliminasi HX dari alkil halida,
produk alkena
yang lebih tersubstitusi adalah
produk yang dominan
Gambar
Mekanisme reaksi Eliminasi
Tatanama Ingold: E – “eliminasi”
- E1: pertama X- lepas membentuk karbokation suatu basa abstrak proton dari karbokation
- E2: Transfer terpadi proton ke suatu basa dan perginya gugus lepas
Reaksi E2 dan efek isotop Deuterium
Proton ditransfer ke basa sebagai gugus lepas awal
- Keadaan transisi terjadina lepasnya X dan transfer H
- Alkana yang dihasilkan stereospesifik
Gambar
Geometri Eliminasi – E2
Antiperiplanar memungkinkan orbital bertumpangtindih
dan meminimalkan interaksi efek sterik
Gambar
Stereokimia E2
Tumpang tindih orbital π pada keadaan transisi
membutuhkan geometri periplanar, anti penataan
Gambar
Prediksi Produk
·
E2 adalah
stereospesifik
·
Meso-1,2-dibromo-1,2-difeniletana
dengan basa
menghasilkan cis 1,2-difenil
·
RR atau SS
1,2-dibromo-1,2-difeniletana
menghasilkan trans 1,2-difenil
Gambar
Reaksi E2 dan pembentukan sikloheksana
·
Proton
diambil dan gugus lepas harus
menyesuaikan trans-diaksial menjadi
anti
·
periplanar (app)
mendekati keadaan transisi
·
Gugus
equatorial tidak benar-benar sejajar
Gambar
Reaksi E1 dan E1cB
·
Berkompetisi
dengan SN1 dan E2 pada pusat 3°
·
V = k [RX],
sama denga SN1
Pada kondisi
apa terjadi reaksi bersaing antara substitusi dan eliminasi pada substrat yang
sekunder?
Jawab : Substrat sekunder akan terbentuk reaksi
substitusi dan eliminasi jika jumlah relative dari kedua produk tersebut
tergantung pada kekuatan basa dan keruahan nukleofil/basa.makin kuat dan meruah
basa maka dapat terbentuk nya eliminasi.dan sebalik nya makin lemah basa maka
terbentuk substitusi contoh nya: asam asetat pka=4,76 merupakan asam yg lebih
kuat dari etanol pka=15,9
maka dapat disimpulkan asam asetat merupakan basa lemah maka akan terjadi reaksi substitusi dan sebalik nya etanol merupakan basa kuat dan terjadi eliminasi.
maka dapat disimpulkan asam asetat merupakan basa lemah maka akan terjadi reaksi substitusi dan sebalik nya etanol merupakan basa kuat dan terjadi eliminasi.
Reaksi SN
dan reaksi E sering saling berkompetisi. Penjelasan Bagian reaktif dari suatu
nukleofil atau basa adalah pasangan elektron bebas. Dengan demikian, semua
nukleofil g, adalah basa yang potensial, dan semua basa adalah nukleofil yang
potensial.
SN2 vs
E2Reaksi E2 terbantu oleh pemakaian basa kuat (nukleofil kuat) pada konsentrasi
yang tinggi.
Substrat sekunder akan terjadi reaksi substitusi dan eliminasi jika jumlah
relative dari kedua produk tersebut tergantung pada kekuatan basa dan kekuatan
nukleofil. Reaksi bimolekular (SN2, E2) didukung oleh konsentrasi Nu baik
atau B kuat yang tinggi
-
Nu
baik, B lemah : I–, Br–, HS–, RS–, NH3,
PH3 mendukung SN2
-
Nu
baik, B kuat : HO–, RO–, H2N– SN2 & E2
-
Nu
buruk, B kuat : tBuO– (sterically
hindered) mendukung E2 pada
substrat 2º RX bisa SN2 dan E2
2. Alkohol dapat dapat diubah menjadi
eter atau sebaliknya. Jelaskan mengapa sifat kedua senyawa tersebut berbeda
kontras ? Berikan contoh-contohnya.
Jawab :
Senyawa-senyawa alkohol dengan jumlah atom karbon
yang sama dapat mengalami isomer. Pada alkohol terjadi isomer posisi, yaitu alkohol dengan jumlah atom karbon sama tetapi
letak gugus –OH dalam struktur berbeda. Misalnya alkohol dengan rumus molekul C3H8O
dapat ditulis dengan dua rumus struktur.
Kelarutan alkohol dalam air dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang terdapat pada alkohol. Alkohol dengan 1-3 atom karbon meruapakan cairan tak berwarna dan dapat larut dalam air dengan segala perbandingan, 4-5 atom karbon sedikit larut dalam air sedangkan alkohol dengan jumlah atom karbon > 6 tidak larut dalam air.
Berdasarkan struktur yang dimiliki, alkohol merupakan gabungan antara alkana atau gugus R dan air. Gugus R bersifat nonpolar atau lipofilik, gugus –OH bersifat polar atau hidrofobik, ketika alkohol dengan jumlah atom karbon sedikit ketika dilarutkan dalam air maka gugus –OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun ketika jumlah atom karbon makin banyak maka sifat nonpolar dari gugus R atau alkana lebih dominan sehingga kelarutan dalam air berkurang bahkan tidak larut ketika jumlah atom karbon makin banyak.
Makin tinggi berat molekul maka makin tinggi pula titik didih dan viskositasnya. Titik didih alkohol lebih tinggi dari alkana yang berat molekulnya hampir sama karena terbentuk ikatan hidrogen dengan sesama molekul alkohol. Pada alkana tidak terbentuk ikatan hidrogen antar sesama molekul.
Titik didih alkohol titik didh alkohol primer > alkohol sekunder > tersier. Pada alkohol-alkohol bercabang memiliki titik didih lebih rendah dari alkohol dengan dengan rantai lurus. Dengan ketentuan memiliki berat molekul yang hampir sama atau dengan jumlah atom karbon sama. Hal ini disebabkaa alkohol-alkohol bercabang bentuk molekulnya menyerupai bola.
Gugus –OH
merupakan gugus fungsi dari alkohol oleh sebab itu sebagian besar reaksi
terjadi pada gugus tersebut. Berikut merupakan beberapa reaksi yang terjadi
pada alkohol: reaksi oksidasi, penggantian gugus –OH, penggantian atom H pada
gugus –OH oleh gugus asam, logam aktif dan gugus alkil.
Alkohol dengan oksidator kuat seperti NA2Cr2O7
+ H2SO4 dapat mengalami reaksi oksidasi. Hasil yang
diperoleh dari reaksi oksidasi berbeda-beda tergantung pada jenis alkoholnya.
Akohol primer jika teroksidasi menghasilkan aldehida apabila jumlah oksidator
masih berlebih akan terjadi oksidasi berlanjut memebntuk asam karboksilat,
alkohol sekunder menghasilkan keton sedangkan alkohol tersier menghasilkan
campuran asam karboksilat dan keton. Reaksi antara alkohol primer, sekunder dan
tersier dengan NA2Cr2O7 + H2SO4
dapat dilihat pada contoh.
Gugus –OH pada alkohol dapat digantikan oleh atom-atom halogen apabila direaksikan dengan fosfor halida dan asam halida. Fosfor halida dapat berupa PX3 dan PX5 sedangkan asam halogen berupa HX.
Laju reaksi alkohol dengan asam halogen adalah alkohol tersier > alkohol sekunder > alkohol primer.
Penggantian Atom H pada Gugus –OH oleh Gugus Asam, Logam Aktif dan Gugus Alkil
Reaksi diatas merupakan reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat. Bila dipanaskan dengan penambahan sedikit asam sulfat pekat maka akan terbentuk sebuah ester dan H2O. H2O yang diperoleh dari reaksi diatas dibentuk dari H dari alkohol dan OH dari asam asetat. Apabila digunakan alkohol tersier H diperoleh dari asam asetat dan OH dari alkohol.
Apabila alkohol direaksikan dengan asam-asam anorganik produk yang diperoleh berupa ester anorganik. Produk yang diperoleh dari reaksi antara etanol dengan asam sulfat berupa etil hidrogen sulfat dan air, sedangkan produk yang diperoleh dari reaksi antara etanol dengan asam nitrit berupa etil nitrit dan air.
Atom H pada gugus –OH dapat digantikan oleh logam aktif seperti Na. Reaksi antara alkohol dan Na menghasilkan garam natrium alkoksida dan pembebasan gas hidrogen. Garam yang diperoleh dari reaksi ini apabila dihidrolisis akan diperoleh kembali alkohol asalnya. Laju pergantian atom H oleh logam aktif yaitu alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier.
Setelah pergantian atom H oleh logam aktif apabila direaksikan lagi dengan alkil halida akan terjadi pergantian logam aktif oleh gugus alkil. Logam aktif yang didesak keluar akan bereaksi dengan halogen dari alkil halida membentuk garam.
1)
Reaksi alkohol dengan basa atau logam aktif (Semua golongan IA dan IIA, serta Al).
Ciri-ciri reaksi alkohol dengan basa atau logam aktif.
-
Termasuk
reaksi substitusi (reaksi penggantian gugus fungsi)
-
Menghasilkan
aloksida dan gas hidrogen
-
Reaksi
berlangsung sangat cepat
-
Dalam reaksi
ini, alkohol bersifat asam lemah dan lebih lemah daripada air
-
Alkohol
primer lebih mudah mengalami reaksi ini, daripada alkohol sekunder dan tersier
Contoh reaksi ini pada gambar berikut:
2) Substitusi
gugus —OH oleh halogen (X)
Gugus
alkohol akan mengalami substitusi oleh atom halogen bila direaksikan dengan
larutan HX pekat (contoh HCl pekat), PX3 (terbatas), dan PX5 (berlebih). Contoh
reaksinya adalah:
C2H5OH + HCl
(pekat) —> C2H5Cl + H2O
3C2H5OH + PCl3 (terbatas) —> 3C2H5Cl + H3PO4
C2H5OH + PCl5 (berlebih) —> C2H5Cl + POCl3 + HCl
3C2H5OH + PCl3 (terbatas) —> 3C2H5Cl + H3PO4
C2H5OH + PCl5 (berlebih) —> C2H5Cl + POCl3 + HCl
Dengan
rumus:
Pekat: R—OH
+ H—X —> R—X + H2O
Terbatas: R—OH + P—X —> R—X + asam lemah
Berlebih: R—OH + P—X —> R—X + PO—X + H—X
Terbatas: R—OH + P—X —> R—X + asam lemah
Berlebih: R—OH + P—X —> R—X + PO—X + H—X
3) Oksidasi
alkohol (Uji Bordwell)
Banyak
sekali manfaat alkohol, salah satunya sebagai spiritus (bahan bakar). Kenapa?
Karena alkohol dapat mudah terbakar menghasilkan CO2 dan uap air, sama seperti
reaksi pembakaran.
Dalam
oksidasi alkohol, sebuah atom oksigen dari oksidator akan mengambil posisi atom
H-karbinol, yaitu atom hidrogen yang terikat pada atom karbon karbinol
(atom karbon yang mengikat gugus —OH).
Ciri-ciri
reaksi oksidasi alkohol:
-
Selalu
mengalami oksidator
-
Biasanya
menggunakan kalium dikromat (K2Cr2O7)
-
Jika
terdapat lebih dari dua gugus —OH maka dinyatakan tidak stabil dan akan
terurai menjadi air
-
Oksidator
[O] berarti penambahan atom O pada atom H yang sendiri
-
Alkohol
primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi asam
karboksilat
-
Alkohol
sekunder membentuk keton (—CO)
-
Alkohol
tersier tidak teroksidasi
Perhatikan
oksidasi alkohol berikut!
4) Dehidrasi
alkohol
Dehidrasi
alkohol berarti reaksi yang melepaskan molekul air membentuk eter atau alkena
yang dipanaskan menggunakan H2SO4 (asam sulfat) pekat. Nah, reaksi ini perlu
pemanasan pada suhu 130 C menghasilkan eter, sementara pada suhu 180 C
menghasilkan alkena.
5) Uji Lucas
- Pereaksi yang digunakan adalah ZnCl2 dan HCl
- HCl ditambahkan ke dalam sampel berisi ZnCl2 sehingga sistem mengalami kenaikan tingkat keasamaan
- Hasil akhir uji ini adalah suatu alkil klorida
- Pada alkohol tersier, reaksi berjalan lancar dan alkohol larut dalam air dan bereaksi dengan pereaksi Lucas membentuk alkil klorida yang sukar larut dalam air (mengingat alkil klorida adalah haloalkana bersifat nonpolar)
- Pada alkohol sekunder, reaksi berjalan sangat lambat sehingga dibutuhkan pemanasa sehingga terbentuk alkil klorida sukar larut dalam air
- Pada alkohol primer, pereaksi Lucas tidak akan bereaksi dengan alkohol dan terjadi endapan
Saya akan menambahkan sedikit dari soal no 1 Persaingan Substitusi Dan Eliminasi ditinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika dibandingkan dengan SN1 dan E1. Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana. Kedua proses dapat terjadi.
BalasHapussaya akan menambahkan dari jawaban nomor 1,
BalasHapusPERSAINGAN SUBSTITUSI DAN ELIMINASI
ditinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika dibandingkan dengan SN1 dan E1. Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana. Kedua proses dapat terjadi.
Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi basa yang tinggi, dan suhu tinggi. Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1o >2o >> 3o). Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.
PERSAINGAN SUBSTITUSI DAN ELIMINASI
Ditinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan
dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika dibandingkan dengan SN1 dan E1. Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana. Kedua proses dapat terjadi.
Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi basa yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 10 >20 >> 30). Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.
Jadi, bagaimana kita mengubah butil bromida tersier menjadi alkoholnya? Kita tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air merupakan basa yang lebih lemah daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2 ditekan. Air juga merupakan pelarut polar, yang menguntungkan mekanisme ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak dapat dihindari sebab persaingan antara E1 dan SN1 cukup berat.
Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi eliminasi masih terjadi (20%).
Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan basa kuat dalam pelarut nonpolar memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa lemah dan nukleofil lemah, dan dalam pelarut polar, halida tersier memberikan hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit eliminasi (E1) juga terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme SN2 dan E2, karena mereka tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi oleh keadaan reaksi. Halida-halida sekunder dapat bereaksi melalui mekanisme SN1 dan SN2 secara serentak.
Saya akan menambahkan sedikit untuk jawaban no.1
BalasHapusReaksi Bersaingan : Metil halida dan alkil halida primer cenderung menghasilkan produk substitusi, bukan produk eliminasi. Pada kondisi yang setara , alkil halida tersier terutama mengasilkan produk Eliminiasi dan bukan produk substitusi. Alkil halida sekunder bersifat diantaranya; perbandingan produk substitusi dan produk eliminasi sangat bergantung pada kondisi eksperimen.
Saya ingin menambahkan jawaban persaingan substitusi dan eliminasi!
BalasHapusDitinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika dibandingkan dengan SN1 dan E1.
Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana. Kedua proses dapat terjadi
https://1.bp.blogspot.com/-Hx562uSQQQw/VsHKmBwBXlI/AAAAAAAAAGc/bRk1aPMKQac/s400/Untitled.png
Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi basa yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 10 >20 >> 30). Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.
https://3.bp.blogspot.com/-4zsS5MZzIoE/VsHLFFZ0KDI/AAAAAAAAAGg/aUkwJBGIXLM/s400/Untitled1.png
Jadi, bagaimana kita mengubah butil bromida tersier menjadi alkoholnya? Kita tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air merupakan basa yang lebih lemah daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2 ditekan. Air juga merupakan pelarut polar, yang menguntungkan mekanisme ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak dapat dihindari sebab persaingan antara E1 dan SN1 cukup berat. Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi eliminasi masih terjadi (20%).
Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan basa kuat dalam pelarut nonpolar memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa lemah dan nukleofil lemah, dan dalam pelarut polar, halida tersier memberikan hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit eliminasi (E1) juga terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme SN2 dan E2, karena mereka tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi oleh keadaan reaksi. Halida-halida sekunder dapat bereaksi melalui mekanisme SN1 dan SN2 secara serentak.
Pada alkil halida sekunder, halangan steriknya sebesar 2⁰. Sehingga yang menyebabkan dapat terjadi reaksi eliminasi ataupun subsitusi karena terjadinya persaingan reaksi antara SN2 dan E2.
Untuk menentukannya maka dapat dilihat dari nukleofil yang digunakan. Jika nukleofil yang digunakan adalah basa lemah dalam pelarut polar aprotik maka SN2 dominan dan reaksi yang terjadi adalah reaksi subsitusi.
Jika nukleofilnya adalah basa kuat sepertiCH3CH2O-, OH-, ataupun NH2 makan reaksi E2 yang lebih dominan dan reaksi yang terjadi adalah reaksi subsitusi.
Dapat lihat pada gambar :
https://3.bp.blogspot.com/-JTrr7uNYZDo/VsRp0I3kgMI/AAAAAAAAAEw/hX5by3-prrE/s400/subsitusi%2Bdan%2Beliminasi.png
Disimpulkan bahwa pada alkil halide sekunder dapat terjadi reaksi subsitusi dan reaksi elliminasi tergantung pada nukleofil yang digunakan.
selamat malam novi, saya ingin menambahkan jawaban dari pertanyaan yang pertama tentang Mengapa reaksi bersaing antara substitusi dan eliminasi bisa terjadi, yang mana Jika suatu alkil halida dengan satu hidrogen yang melekat pada karbon bersebelahandengan karbon pembawa halogen bereaksi dengan nukleofili, dapat terjadi dua lintasan reaksi yang bersaing yaitu substitusi dan eliminasi. H | | Substitusi (S) −C – C – Nu + X- H | | |2 |1 −C–C–X + Nu: - | | Eliminasi (E) C=C + Nu – H + X- Dalam reaksi substitusi, nukleofili menggantikan halogen X. dalam reaksi eliminasi,nukleofili bertindak sebagai basa dan mengambil proton dari karbon-2, yakni karbon di sebelahatom karbon yang membawa halogen X. halogen X dan halogen hidrogen dari atom karbon darisebelahnya dieliminasikan, dan satu ikatan baru (ikatan pi) terbentuk diantara karbon-1 dan -2.Lambag E digunakan untuk menunjukan proses eliminasi. Oleh karena dalam hal ini hidrogenhalida dieliminasi, reaksinya disebut dehidrohalogenasi. Reaksi eliminasi merupakan cara yangberguna untuk membuat senyawa dengan ikatan rangkap atau rangkap tiga.
BalasHapuspada reaksi eliminasi, molekul senyawa berikatan tunggal berubah menjadi senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil. Jadi, eliminasi merupakan kebalikan dari adisi. Reaksi E2 (eliminasi bimolekular) ialah reaksi eliminasi alkil halida yang paling berguna. Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan bila digunakan basa kuat, seperti –OH dan –OR, dan temperatur tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksanakan dengan memanaskan alkil halida dengan K+ -OH / Na+ -OCH2CH3 dalam etanol.
Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat-antara, melainkan berupa reaksi serempak (concerted reaction) yakni terjadi pada satu tahap, sama seperti reaksi SN2.Basa membentuk ikatan dengan hidrogen Elektron-elektron C-H membentuk ikatan pi Brom bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br.
baiklah,saya akan menambahkan sedikit pada jawaban nomor 2.Kegunaan Eter
BalasHapusKegunaan eter adalah sebagai berikut.
Sebagai pelarut zat organik, misalnya lemak dan damar.
Sebagai obat bius dalam bidang kedokteran. Eter yang terpenting adalah dietil eter yang dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perdagangan disebut eter. Kegunaan utama eter adalah sebagai pelarut dan obat bius (anestesi) pada operasi. Dietil eter adalah obat bius yang diberikan melalui pernapasan, seperti halnya kloroform atau siklopropana. Metil ters-butil eter (MTBE) digunakan sebagai aditif bensin, yaitu untuk menaikkan nilai oktan.
Alkohol dan eter mempunyai rumus umum yang sama yaitu CnH2n+2O. Alkohol merupakan senyawa yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kita gunakan sebagai pelarut dan antiseptik. Alkohol yang kita kenal dan diperdagangkan dalam konsentrasi 70% dan 95% mempunyai rumus CH3CH2OH. Sedangkan eter yang kita jumpai dalam perdagangan terutama dietil eter (CH3-CH2-O-CH2-CH3) digunakan sebagai obat bius dan pelarut
Saya akan menambahkan dari pertaanyaan Anda yg kedua yaitu :
BalasHapusKEISOMERAN PADA ALKOHOL
·Keisomeran Struktur
senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul dan gugus fungsi yang sama, tetapi posisi gugus fungsinya berbeda. Ex i-propanol berisomer struktur dengan senyawa 2-propanol. Cara menentukan jumlah isomer pada suatu senyawa alkohol pertama-tama tentukan rangka atom karbonnya, kemudian aturlah posisi gugus fungsi -OH.
·Keisomeran Optik
Yaitu tipe isomer suatu senyawa yang memiliki rumus molekul, gugus fungsi, dan posisi gugus fungsi sama, tetapi letak atom atom atau gugus fungsinya berbeda. Jika atom C yang berikatan dengan gugus -OH pada senyawa alkohol mengikat tiga atom atau tiga gugus atom yang berbeda,senyawa tersebut memiliki keisomeran optik. Atom C yang mengikat empat atom atau gugus atom yang berbeda disebut C Asimetris (C kiral).